Senin, September 15, 2008

Ikhlas

(Al-Bayyinah:5) Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Amal sholeh adalah jasad, sedangkan Ikhlas adalah ruh dari amal tersebut. Karena itu amal yang tidak didasarkan pada Ikhlas bagaikan jasad tanpa ruh. Bagaimanapun gantengnya seseorang tidak ada gunanya tanpa ruh. Berapapun banyaknya amal tidak ada gunanya jika tidak dilandaskan pada kemurnian Ikhlas.

Secara umum, Ikhlas yaitu :
تََجْرِ يدُ القََلبِي عَن نَفعِ ا لدُّ نياَ
Mengosongkan hati dari semua motivasi dunia
Ikhlas bermakna bersih dari kotoran. Orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Al Kahfi [18]:110. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

إ نَّ ا للهَ طَيِّبٌ لاَيُقبَلُ إِ َّلاطَيِّبًا (Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yg baik HR Muslim)

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (menampik beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu-batu kecil yang sangat mengganggu. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, ringan, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyatakan: Jika bersih dari percampuran motivasi, tujuan atau kecenderungan, maka itulah yang di disebut murni. Kemurnian dalam perbuatan itulah yang disebut ikhlas.

Ikhlas kebalikan dari syirik (riya’). Orang tidak ikhlas berarti dia musyrik. Hanya derajat kemusyrikannya saja yang berbeda. Syirik ada yg tersembunyi ada yang jelas. Begitu pula Ikhlas. Ikhlas dan kebalikannya benar-benar menyusup kedalam hati, karena hatilah tujuannya. Seseorang mungkin melakukan perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi jika pendorongnya bukan disebabkan oleh sebab Allah SWT maka ia tidak termasuk Ikhlas.
Contohnya :
- Sedekah ke pengemis krn risih diminta terus
- Mandi supaya segar dan wangi
- Berpuasa dgn tujuan berdiet atau dengan tujuan berhemat
- I’tikaf di masjid untuk meringankan sewa tempat tinggal
- Menjenguk orang sakit agar jika kita sakit juga ditengok orang lain
- Mengantar jenazah agar jenazah keluarganya juga diantar orang
- Berdakwah untuk mencari nama atau untuk menjadi tokoh
- Kultum utk merasakan nikmatnya berbicara dihadapn orang banyak, dll

Sebenarnya semua pekerjaan tsb dimaksudkan sbg taqarrub ilallah, hanya saja lintasan maksud/tujuan tsb menjadikannya keluar dari batas Ikhlas. Walaupun tdk setiap tujuan baru, kecenderungan atau lintasan pemikiran dapat membatalkan nilai amal. Namun, setiap kepentingan duniawi yang disenangi nafsu dan kecenderungan hati –sedikit ataupun banyak- apabila merambah dalam amal maka dapat mengeruhkan kejernihannya.
Sedangkan manusia umumnya terbelenggu kepentingan-kepentingan dirinya dan tenggelam dalam berbagai syahwat sehingga jarang sekali amal atau biadahnya terlepas dari kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan tsb.

Al Furqon : 2. dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan dia Telah menciptakan segala sesuatu,

Tidak ada komentar:

Edited by : Abasir abasyir.blogspot.com