Senin, Juni 16, 2008

Tentang Bahasa

Para pakar bahasa berpendapat bahwa kebudayaan kita ditentukan oleh bahasa kita. Ketika kita mempelajari bahasa Inggris misalnya, kita mendapati bahwa (benarkah ?), bahasa ini sangat berorientasi pada kata kerja. Kata-kata yang kita gunakan secara konsisten mempengaruhi cara kita mengevaluasi, dan oleh karenanya juga cara kita berpikir. Sebagai sebuah kebudayaan, Barat (pada masalah bahasa ini diwakili Amerika dan Inggris) sangat aktif dan membanggakan diri atas fokus untuk mengambil tindakan. Kebudayaan Cina sebaliknya, sangat mengutamakan apa yang tidak berubah, suatu fakta yang tercermin dalam banyak dialek dimana kata benda lebih dominan daripada kata kerja. Menurut persfektif Cina, kata benda merepresentasikan hal-hal yang langgeng, sementara kata kerja bisa ada hari ini dan hilang esok.

Tetapi yang ingin saya katakan adalah, penting kita sadari bahwa kata-kata membentuk keyakinan-keyakinan kita dan mempengaruhi tindakan-tindakan kita.

Pakar bahasa pernah mengatakan bahwa perbendaharaan kata rata-rata orang hanyalah 2000 hingga 10000 kata. Jika dianggap bahwa bahasa mengandung setengah juta kata maka (dengan perhitungan yang sangat konservatif) berarti kita hanya menggunakan ½ dari 1 hingga 2 persen saja dari yang ada.

Kemudian, dari perbendaharaan kata tersebut, berapa banyakkah yang menunjuk pada emosi kita ? Menurut penelitian, ada kurang lebih 3000 kata yang berhubungan dengan emosi, dan menurut perhitungan ada 1000 (kurang lebih) kata yang menggambarkan emosi positif sedangkan 2000(lebih kurang) kata yang menggambarkan emosi negatif. Ini artinya orang lebih sering (dalam berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa) mengungkapkan kesedihan daripada kebahagiaan.

Jika anda masih tidak percaya, silahkan anda praktikan dengan cara menuliskan perbendaharaan kata anda yang berkaitan dengan emosi pada selembar kertas, kata-kata mana yang lebih banyak anda tulis ? Kata-kata emosi positif atau emosi negatif ?

Kata-kata “Sedih, Berduka, berat Hati, Murung, Nelangsa, Marah, Kesal, Bermuram durja, Frustasi, Berkabung, Naik Pitam, Habis kesabaran, dst, dll” lebih mendominasi dalam otak kita ketimbang kata-kata emosi positif. Seperti, “ Gembira, Senang, Bahagia, Sukacita, Ceria, Bersemangat”. Dari jumlahnya pun sudah tidak seimbang antara emosi positif dan negatif.

Anda atau saya mungkin pernah mendengar orang berkata “kata ………(yang mencerminkan sikap negatif)………. tidak ada dalam perbendaharaan kata saya”. Misalnya “Malas tidak ada dalam perbendaharaan kata saya”. Apa artinya ? Malas tidak ada dalam perbendaharaan anda dan anda tidak pernah mengalaminya. Hmmmm (berpikir). Mungkinkah kita tidak pernah mengalami emosi tertentu karena kita tidak mempunyai kata untuk merepresentasikannya ?

Mungkin bisa diartikan seperti diatas, tetapi jika diartikan dengan sederhanapun, perkataan itu bermaksa luar biasa. Tidak ada dalam perbendaharaan kata, berarti kita tidak pernah mengatakan hal itu, berarti kita mencegah perasaan itu terjadi pada kita.

Misalnya sebagian suku Indian (suku Amerika Asli) tidak mempunyai kata untuk bohong. Jadi bohong itu bukan bagian dari bahasa mereka. Juga bukan bagian dari cara perpikir dan berperilaku mereka.

Kadang perbendaharaan kata mentranformasikan lebih daripada yang kita harapkan. Sebuah contoh dari perusahaan besar PEPSI, yang, setelah menerjemahkan slogan mereka, “Bangkitlah ! Anda masuk Generasi Pepsi” kedalam bahasa Tionghoa, para pejabat perusahaan tertegun ketika menemukan bahwa mereka baru saja amembelanjatakan jutaan dolar untuk mengumumkan, “Pepsi membangkitkan Nenek Moyang Anda dari Kubur”. Atau pengalaman perusahaan Chevrolet, yang terheran-heran karena penjualan lesu dari mobil Nova kompaknya yang baru di Amerika Latin, pada akhirnya menemukan terjemahan no va dalam bahasa Spanyol “ “Tidak Jalan”

Yang ingin saya katakan sebenarnya adalah, seyogyanya kita yang ingin mengembangkan sikap positif dalam diri kita, mulai memikirkan pengganti kata-kata ber efek negatif yang mungkin sering kita gunakan. Misalnya kata malas, hilangkanlah dalam penggunakan bahasa anda sehari-hari terutama untuk mendeskripsikan kondisi emosi diri anda sendiri. Gantilah dengan misalnya kata “Perlu Penyegaran baru”, “Mencari Inspirasi” dan kata-kata lain yang berkonotasi positif dan sesuai dengan kata yang ingin anda hilangkan dari perbendaharaan kata tersebut.

Terakhir dari bahasan bahasa kita ini adalah, sekaranglah waktunya kita, ambil kendali dalam diri kita. Perhatikan kata-kata yang biasa kita gunakan. Gantilah dengan kata-kata yang memberdayakan kita. Meningkatkan atau menurunkan intensitas emosional menurut kebutuhan. Perhatikan pelabelan yang sering kita lakukan (terutama terhadap orang atau kelompok lain), apakah bermanfaat secara positif atau destruktif baik bagi diri kita yang melakukan (pelabelan itu) atau bagi orang atau kelompok tersebut.

Wallahu ‘alam

Edited by : Abasir abasyir.blogspot.com